Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Pribadi ibadurrahman, selalu tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala

Kamis, 24 April 2025 | April 24, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-26T06:10:07Z


Lembatu.my.id
Ibadurrahman adalah hamba Allah yang diberi kemuliaan oleh Allah. Dalam QS. Al-Furqan ayat 63-74 secara rinci menjelaskan tentang ciri-ciri generasi ibadurrahman, ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan kalau disapa orang jahil, mereka mengucapkan kata-kata keselamatan (Al-Furqan ayat 63) melalui malam harinya dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka (Al Furqan :64), senantiasa berdoa agar terhindar dari azab jahanam, karena yakin jahanam sejelek-jelek tempat kembali (Al Furqan : 65-66), membelanjakan harta secara tidak berlebihan dan tidak kikir (Al Furqan : 67), tidak menyekutukan Allah, tidak membunuh jiwa tanpa alasan yang haq, dan tidak berzina (Al Furqan : 68), senantiasa bertaubat, beriman dan beramal saleh (Al Furqan :70), tidak memberikan persaksian palsu, menghindari hal-hal yang sia-sia ( Al Furqan : 72), bisa mengambil hikmah dari peringatan ayat-ayat Allah (Al Furqan :73), dan menjadi generasi qurrata a’yun (Al Furqan :74). 

Dalam Tafsir Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di (pakar tafsir abad 14 H),
Surat Al Furqan ayat 74 : Dan orang-orang yang berkata  : Ya Rabb kami, anugerahkanlah kami istri-istri kami, maksudnya, pendamping-pendamping kami, termasuk para sahabat, orang-orang terdekat, dan istri-istri, dan keturunan kami sebagai penyenang hati, maksudnya mata kami menjadi damai. Dan apabila kita meneliti lebih jauh keadaan dan ciri-ciri mereka, maka kita mengetahui bahwa diantara usaha keras mereka dan ketinggian martabat mereka [bahwasannya mereka merasa tidak damai sebelum mata kepala mereka melihat keturunan mereka taat kepada Allah, berilmu lagi beramal. Demikianlah, sebagaimana doa ini adalah doa untuk istri-istri dan anak keturunan mereka. Ia juga merupakan doa untuk diri mereka sendiri, karena manfaatnya kembali kepada diri mereka sendiri. 

Mereka menjadikan semua itu sebagai pemberian (anugerah) bagi mereka, seraya mengatakan, anugerahkanlah kepada kami. Bahkan doa mereka kembali kepada manfaat bagi segenap kaum Muslimin. Sebab, dengan keshalihan orang-orang yang disebutkan di dalam doa, akan menjadi sebab bagi keshalihan kebanyakan orang-orang yang berhubungan dengan mereka dan (sebab untuk) mengambil manfaat dari mereka. 

Dan jadikanlah kami orang²  yang bertakwa. Sampaikanlah kami, ya Tuhan kami, kepada derajat luhur ini, yaitu derajat orang-orang shidiqin dan derajat orang-orang yang sempurna dari kalangan hamba-hamba Allah yang shalih, yaitu derajat kepemimpinan di dalam agama, dan hingga mereka bisa menjadi teladan bagi orang-orang yang bertakwa dalam ucapan dan perbuatannya. Perbuatan-perbuatan mereka diteladani, ucapan-ucapan mereka menjadi kesejukan hati dan orang-orang shalih berjalan di belakangnya (mengikuti). Mereka memberi petunjuk dan masyarakatpun mendapat petunjuk. 

Derajat kepemimpinan dalam agama ini tidak akan pernah dicapai kecuali dengan sabar dan keyakinan, Allah berfirman :  Dan kami jadikan dari kalangan mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka bersabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat kami (as-sajdah : 24). 

Doa mengharuskan adanya amal usaha dan kesabaran dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan dalam menjauhi kemaksiatan terhadapNYA serta keputusan takdirNYA yang menyakitkan hati, dan juga mengharuskan adanya ilmu yang memadai yang dapat mengantarkan orangnya kepada derajat al-yakin sebagai kebaikan yang sangat banyak dan karunia yang berlimpah, dan mengharuskan mereka untuk berada diatas setinggi mungkin dari derajat manusia lain, di bawah derajat para rasul. 

Sehingga jelas bahwa tujuan pendidikan dalam Islam harus terkait dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri di dunia ini,
yakni menyembah kepada Allah dengan segala aspek ibadahnya (ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah), baik yang berhubungan dengan Allah (hablum minallah), sesama manusia (hablum minan naas), maupun dengan lingkungannya (hablum minal ‘alam).

Mereka adalah hamba-hamba Allah  (‘ibadurrahman) yang senantiasa menyeimbangkan masalah-masalah ukhrawi (akhirat) maupun masalah dunia (ilmu dunia). 

Mereka adalah hamba Allah yang senantiasa mempersiapkan akhirat yang baik, tanpa mengabaikan apa yang menjadi hak-hak mereka di dunia, serta melakukan keikhsanan dengan orang lain dan tidak melakukan kerusakan di atas bumi ini (QS. Al-Qashash : 77). 

Melahirkan pribadi ibadurrahman bukanlah hal yang mudah. Namun, bukan berarti sulit untuk dilakukan. Seorang muslim bisa mendapatkan manfaat yang langsung terasa di dunia ketika memiliki pribadi ‘ibadurrahman, apalagi lagi ketika di akhirat kelak. 

Dan seseorang haruslah senantiasa bersyukur bahwasanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga bisa memposisikan diri sebagai ‘ibadurrahman yang selalu tunduk dan patuh kepada-Nya. Inshaa Allah ! 

Fastabiqul Khairat.

Oleh : Dr. Aslam Nur
(Rektor Universitas)
Ceramah dimesjid kampus.
TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update